Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

China Mendukung Taliban Untuk Membangun Kembali Afghanistan

Jakarta -  Hubungan baik antara China dan Taliban terus terjalin. Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyatakan komitmennya kepada Taliban untuk mendukung pembangunan kembali Afghanistan. Wang menemui perwakilan kelompok radikal itu di Ibu Kota Doha, Qatar, pada Senin (25/10). Ini menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama antara kedua pihak, sejak Taliban membentuk pemerintahan sementara pada September. Kantor berita Xinhua melaporkan, dikutip dari Bloomberg , Wang meminta komunitas internasional untuk bekerja sama dengan Taliban secara rasional dan pragmatis. "China mendukung upaya-upaya yang dilakukan untuk mengembalikan kembali stabilitas dan membangun kembali negara [Afghanistan]," kata Wang. Dukungan itu tak datang secara cuma-cuma. Wang menekankan Taliban harus menunjukkan keterbukaan dan toleransi, mempersatukan seluruh kelompok etnis, dan melindungi hak-hak perempuan serta anak. Wang mengatakan, dirinya percaya pemerintahan Taliban ini akan mengambil tindakan efektif da

Kelompok Penculik 17 Misionaris AS di Haiti Minta Uang Tembusan Rp 239 Miliar

Haiti -  Pada Selasa (19/10), Amerika Serikat (AS) berjanii akan mengerahkan segala kekuatannya untuk membebaskan misionaris AS dan Kanada yang diculik di Haiti, setelah para penculik meminta tebusan USD 1 juta atau sekitar Rp 14 miliar per orang dari 17 orang yang diculik. Sebuah geng yang dikenal sebagai 400 Mawozo diduga berada di balik penculikan kelompok misionaris tersebut, termasuk lima anak. "Kami di pemerintahan tanpa henti fokus pada hal ini," jelas Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dalam konferensi pers di Ekuador, mengatakan tim FBI juga terlibat dalam pencarian korban, dikutip dari France 24 , Rabu (20/10). "Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk membantu mengatasi situasi tersebut." Para misionaris bekerja untuk organisasi AS, Christian Aid Ministries. Organisasi ini mengatakan para misionaris diculik di timur ibu kota Port-au-Prince saat di jalan pulang setelah mengunjungi panti asuhan. Kawasan itu berada di bawah kendali geng 400 Mawozo

15 Warga Kristen Negeria Berhasil Kabur Dari Penculikan ISIS, Berjalan 6 Hari Melewati Semak-semak

Jakarta -  Sebanyak 15 orang di Nigeria, yang terdiri dari wanita dan anak-anak, jalan kaki selama enam hari untuk kabur dari penculik. Mereka merupakan warga Kristen yang diculik oleh kelompok radikal di Timur Laut Nigeria. Perjalanan para wanita dan anak untuk kabur dari sekapan penculik sama sekali tidak mudah. Kelompok itu harus melewati semak-semak dan wilayah menyeramkan lainnya. Informasi mengenai bebasnya sekelompok warga disampaikan Gubernur Negara Bagian Borno, Babagan Zulum pada Senin (11/10/2021). Dia mengatakan, belasan warga itu diculik oleh ISIS di Afrika Barat (ISWAP). Sekelompok warga itu disekap di hutan Buni Yadi sebelum akhirnya berhasil kabur. Zulum memastikan dirinya sudah bertemu langsung dengan warga korban penculikan yang berhasil kabur. Rencananya mereka akan segera dipertemukan dengan keluarga masing-masing, demikian dikutip dari Reuters. Wilayah Timur Laut Nigeria selama lebih dari satu dekade terus bergejolak. Di wilayah tersebut terjadi konflik melibatka

Ada Sekitar 70 Juta Pengguna Baru yang Beralih ke Telegram Akibat WhatsApp Sempat Down

Jakarta -  Pendiri aplikasi pengirim pesan Telegram, Pavel Durov, hari ini mengatakan, Telegram memperoleh lebih dari 70 juta pengguna baru selama putusnya layanan Facebook (FB.O), WhatsApp, dan Intagram selama enam jam di hari Senin (4/10). Facebook menyebut putusnya layanan mereka (WhatsApp, Instagram) bagi 3,5 miliar pengguna terjadi akibat perubahan konfigurasi yang salah. Dilansir dari laman Reuters , Rabu (6/10), "Tingkat pertumbuhan harian Telegram kemarin melebihi rata-rata biasanya dan kami menyambut lebih dari 70 juta pengungsi dari platform lain dalam satu hari," tulis Durov di saluran Telegramnya. Durov mengatakan beberapa pengguna di Amerika mungkin mengalami kecepatan yang melambat karena jutaan orang bergegas untuk mendaftar pada saat yang sama, tetapi layanan itu bekerja seperti biasa untuk sebagian besar. Ketua antimonopoli Uni Eropa Margrethe Vestager menjelaskan putusnya Facebook dan layanan lainnya menunjukkan dampak dari hanya mengandalkan beberapa pemai